Kamis, 26 Desember 2013

Kajian Ilmiah Mutakhir dan Keajaiban Ka'bah


Ini kajian ilmiah yang sengaja saya salin agar siapapun dapat membacanya dan menguatkan iman kita pada Allah SWT. Saya ambil tulisan ini dari buku "Sejarah Ka'bah" hal. 333 karya Prof. Dr. Ali Husni Al-Kharbuthli. Buku luar biasa yang membuat saya ketagihan untuk membaca halaman per halaman tanpa melewatkan sedikitpun bagian/kata per katanya. Bahkan mungkin lebih dari 100 kali saya mengucap kata "Subhanallah" ketika membaca buku ini. Saya harap setelah membaca buku ini kalian juga tertarik unuk membelinya. Lets read...

....Lebih menakjubkan lagi, seorang ilmuwan Dr Hussein A. Kamel bahkan menemukan angka ajaib dalam hitung-hitungannya mengenai Ka'bah. Ia mengukur jarak terpanjang dan terpendek dari Ka'bah ke Kutub Utara. Lalu ia membagi jarak terpanjang dengan jarak terpendek dan didapati jumlah 1,618. Hal serupa ia lakukan untuk jarak ke Kutub Selatan, lalu ia membagi jarak itu dengan cara yang sama, hasilnya adalah 1,618. Angka yang sama ia dapatkan pada saat membagi jarak terpanjang dengan jarak terpendek dai Ka'bah ke arah timur dan barat. Ajaibnya, jarak diagonal Ka'bah di peta, dari jarak sisi panjang ke jarak sisi pendeknya dibagi dua menghasilkan angka 1,618 juga.
Tak kalah ajaib lagi, angka yang sama juga ditemukan dalam ukuran tubuh manusia. Pada lengan manusia, misalnya. Bila panjang tangan kita dari mulai ujung jari sampai sikut dibagi dengan jarak sikut ke bahu, hasilnya adalah angka 1,618 juga. Demikian pula pada wajah kita. Bila sisi panjang wajah kita dibagi dengan sisi lebarnya, ditemukan angka yang sama persis 1,618. Coba ukur setiap jari tangan kita, ternyata bila sisi panjangnya dibagi dengan sisi pendeknya hasilnya juga 1,618.
Selain itu, Dr. Kamel mengungkap temuan lain yang tak kalah mengejutkan seputar titik penentuan waktu yang kini ada di kota Greenwich, Inggris. Dalam hitungan yang dilakukannya, titik nol pada garis bujur bumi bukanlah berada tepat di kota itu, melainkan di kota Meka., persisnya melewati Ka'bah. Perhitungan ilmuwan terdahulu yang menetapkan Greenwich sebagai titik meridian waktu tidak akurat karena jarak 180 derajat ke arah timur dan ke barat dari kota itu jatuhnya di Samudera Pasifik.
Hasil penelitian Dr. Hussein A. Kamel yang memakan waktu tak kurang dari dua tahun itu pelan tapi pasti makin terbukti kebenarannya di kemudian hari. Dalam kurun dasawarsa 1990an, para ilmuwan Barat merekam topografi lapisan-lapisan bumi lewat citra satelit. Hingga kini, menurut teori yang sudah diakui, lempengan-lempengan bumi terbentuk dalam kurun waktu geologis yang amat panjang. Dari citra satelit tampak bahwa lempengan-lempengan itu bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Yang membuat para ilmuwan takjub, lempengan-lempengan geologis itu bergerak memusat ke arak Mekah secara terus-menerus.
Demikian pula pengalaman para astronot Amerika seperti diungkap Dr. Abdel Baset Sayyid dari Pusat Riset Nasional Mesir. Dalam wawancaranya dengan wartawan televisi Al Majjid, ia mengungkap kesaksian Neil Armstrong ketika berada di luar angkasa. "Ia mengambil gambar planet bumi dan merasa heran, bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap. Siapa yang menggantungnya ?" katanya.
Tak cuma itu, sang astronot dan rekan-rekan sesama antariksawan yang pernah berkelana di ruang angkasa mendapat fakta lain. Mereka menyaksikan bahwa bumi ternyata memancarkan radiasi secara terus-menerus. Lalu, setelah diteliti lebih seksama oleh ilmuwan badan antariksa Amerika Serikat, NASA, ternyata pusat radiasi tersebut berada di Mekah, lebih tepatnya di Ka'bah. Bagi ilmuwan muslim, pancaran radiasi itu dipercaya sebagai tali penghubung Ka'bah di bumi dengan Ka'bah di alam akhirat.
Temuan yang lebih mengejutkan lagi, setelah ditelusuri lebih seksama lagi, pancaran radiasi itu tampak tak terbatas. Itu terlihat saat pengambilan foto di planet Mars, pancarannya masih terus berlanjut. "Temuan ini sempat dipublikasikan, tapi sayang pusat antariksa Amerika, NASA, menghapusnya dari situs mereka 21 hari kemudian", ujar Dr. Abdel Baset lagi.
Berdasarkan temuan Dr. Abdel Baset pula, diketahui bahwa ditengah-tengah antar kutub utara dan kutub selatan terdapat kawasan yang oleh para ahli disebut "Zero Magnetism Zone" atau Zona Bebas Magnet. Apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, jarum alat itu tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub. Dan, kondisi seperti ini ternyata hanya di temukan di Ka'bah.
Dengan kondisi seperti itu, diperoleh fakta lain bahwa mereka yang menetap di sekitar Ka'bah akan hidup lebih sehat dan ebih panjang umur. Sebab, kehidupan di kawasan ini tidak terpengaruh oleh medan magnet bumi. Karena itu pula, saat kita mengelilingi Ka'bah, tubuh kita seolah tengah di-charge ulang oleh sebuah energi misterius. 
Temuan ini dipaparkan oleh ulama terkemuka Yusuf Qardawi dalam sebuah acara bincang-bincang. "Itu sebabnya, bila orang tinggal di sana atau melakukan perjalanan di sana, ia akan lebih sehat karena tubuhnya tidak terpapar magnet bumi", katanya seperti dikutip surat kabar Inggris The Telegraph.
Tak cuma sebagai zona bebas magnet, ilmuwan lain berdasarkan penelitiannya mendapati bahwa kota Mekah memiliki gaya gravitasi yang tinggi tapi stabil. Hal ini dipaparkan oleh pakar Sri Lanka sekaligus pendiri Colour Vibration Theraphy, Prof. Dr. Norhisham Wahab.
Dalam kondisi seperti itu, menurut Prof. Dr. Norhisham Wahab, Mekah menjadi kawasan yang paling aman di dunia. "Itulah kawasan yang dicari-cari selama ini, dimana manusia boleh tinggal dengan selamat dan aman hingga terjadinya kiamat. Sebagai pusat bumi, Mekah memang banyak keistimewaannya. Karena tekanan gravitasinya tinggi, segala macam bentuk kebisingan selama pembangunan kota itu tidak begitu keras terdengar di kota ini", katanya seperti dikutip Jurnal Haji dan Umrah.
Suatu masa dulu, menurut dia, kiblat kita adalah Masjid A-Aqsa karena disitulah pusat bumi ketika itu. Kemudian Allah memerintahkan nabi untuk berpaling ke arah Ka'bah sebagai kiblat. "Dari kajian yang pernah saya lakukan, berlangsung gempa bumi dan pergerakan lempeng bumi di tanah Arab sehingga menyebabkan pusat bumi berubah ke Mekah," katanya.
Prof. Wahab juga menjelaskan tekanan gravitasi yang tinggi memeberi kesan langsung kepada sistem imun badan untuk bertindak sebagai pertahanan dari segala serangan penyakit. Dengan demikian, sebenarnya ketika berada di sana, sistem imun akan menjadi lebih kuat secara alami tanpa bantuan vaksin. Memang sejauh ini pun telah terbukti, apabila berada di Mekah, orang-orang yang sakit akan jadi sehat dan yang lemah akan bertenaga.
Pengaruh gravitasi, menurut Prof. Wahab, banyak memainkan peranan untuk merangsang kelenjar pineal (pineal gland) yang terletak di otak tengah untuk mengawal kekuatan sistem imun. Bila gravitasi tinggi, banyak elektron ion negatif yang berkumpul disitu. 
Pengaruh elektron ini menyebabkan kekuatan dari dalam diri kembali tinggi, penuh semangat untuk beribadah, tidak ada sifat putus asa, mau terus hidup, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Ketika berada di sisi Ka'bah perasaan akan segera berubah menjadi hening, tenang, sayu, rendah diri, kerdil pada kebesaran Tuhan. Semua itu adalah pengaruh dari tekanan gravitasi yang tinggi.
Meskipun ada niat jahat Yahudi atau umat Kristiani untuk menghancurkan Mekah, keinginan mereka tidak pernah kesampaian. Sebab, dunia sains sudah membuktikan, secanggih apapun teknologi militer yang digunakan tidak mampu menembus Kota Suci ini.
Sebut saja ada rudal ditembakkan ke Mekah untuk menghancurkannya. Tembakan rudal itu akan melesat. Sebab, telah terbukti secara ilmiah bahwa gelombang radio tidak bisa mendeteksi kedudukan Ka'bah. Malah teknologi stelit mutakhir tercanggih pun tidak mampu meneropong apa yang ada di dalam Ka'bah. Semua itu dimungkinkan karena tekanan gravitasi yang tinggi di kota itu.
Selanjutnya, Prof. Wahab menjelaskan, tempat yang paling tinggi tekanan gravitasinya mempunyai kandungan garam dan aliran anak sungai di bawah tanah yang banyak. Itulah sebabnya, jika bersembahyang di Masjidil Haram walaupun di tempat yang terbuka tanpa atap sekalipun, jamaah masih merasa sejuk. "Sujud masih terasa dingin karena tekanan gravitasinya yang tinggi itu," ujar dia lagi.
Lebih jauh lagi, ia memaparkan hikmah yang ada di balik gerakan thawaf mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali. Menurut dia, gerakan mengelilingi Ka'bah melawan arah jarum jam memberikan energi hidup alami dari alam semesta. Sebenarnya pusat bumi itu bukan sekedar untuk bumi, tapi juga sebuah ruang atau saklar yang mengontrol seluruh alam semesta : bintang, matahari, planet, dan ruang angkasa.
Selain itu Allah  SWT sendiri telah menetapkan bahwa semua yang ada di alam ini bergerak melawan arah jarum jam. Ia memeberi contoh, elektron mengelilingi nukleus dengan gerakan melawan arah jarum jam. Molekul protein pun terbentuk lewat gerak melingkar dari kiri ke kanan. Demikian pula matahari, bulan dan seluruh planet beredar sesuai dengan hukum yang sama.
Peredaran darah atau apa saja di dalam tubuh manusia bergerak melawan arah jarum jam. Dengan menglilingi Ka'bah melawan arah jarum jam, berarti sirkulasi darah di dalam tubuh meningkat dan dengan sendirinya gerakan itu akan menambah energi. "Atas dasar itulah orang yang berada di Mekah selalu bertenaga, sehat dan panjang umur", katanya.
Kajian Prof. Wahab pun tak terbatas itu saja. Ia juga meneliti hingga masalah posisi tidur yang baik dan menyehatkan. Menurut hasil kajiannya, tidur mengahadap Ka'bah adalah posisi terbaik. Sebab, dengan posisi demikian, secara otomatis otak tengah akan terangsang sangat aktif hingga tulang belakang. "Pengaruh gravitasi (di Ka'bah) itu penting untuk menentukan kedudukan tulang belakang dalam menghasilkan sel darah", katanya. Selama ini para ilmuwan sepakat bahwa posisi tidur sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Sudah banyak pula ilmuwan yang meneliti manfaat tidur menghadap Ka'bah, dengan miring kanan, seperti dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Seperti sebuah kajian yang dilakukan ilmuwan Amerika Serikat yang dimuat surat kabar The New York Times edisi 26 Oktober 2010. Menurut harian itu, para dokter umumnya menyarankan orang tidur miring sehingga gaya gravitasi bisa terjaga untuk menjaga isi perut. Tidur miring menghadap kanan lebih bagus daripada menghadap kiri, karena posisi itu melindungi jantung dari tindihan atau tekanan organ lainnya, terutama paru-paru kiri yang ukurannya lebih besar.
Tak cuma menghindari tindihan, tidur miring ke kanan juga mengurangi beban jantung. Posisi ini dapat membuat darah terdistribusi secara merata dan terkonsentrasi ke tubuh bagian kanan. Hal ini membuat aliran darah yang masuk dan keluar jantung lebih melambat, sehingga denyut jantung lebih lambat dan tekanan darah akan menurun.
Selain itu, para ahli juga sepakat, posisi tidur miring ke kanan berarti mengistirahatkan otak kiri. Pada dasarnya, otak manusia dibagi menjadi dua bagian : otak kiri dan otak kanan. Otak kanan bertugas mempersarafi organ tubuh sebelah kiri, begitu juga sebaliknya. Dalam keseharian, kita lebih sering menggunakan organ tubuh sebelah kanan. Dengan tidur miring ke kanan, maka gantian otak kiri yang mensarafi organ tubuh sebelah kanan. Kondisi ini menjauhkan kita dari resiko pengendapan pembekuan darah, lemak, asam sisa oksidasi dan penyempitan pembuluh darah.
Posisi tidur miring ke kanan juga berkaitan dengan kerja lambung serta organ pencernaan. Posisi itu selain memberikan kesempatan pada lambung untuk beristirahat, juga meningkatkan waktu penyerapan gizi. Saat tidur, pergerakan usus umumnya meningkat. Posisi tidur miring ke kanan akan membuat perjalanan makanan yang dicerna menjadi lebih lama, sehingga penyerapan sari makanan pun lebih optimal.
Semua hasil penelitian dan temuan para pakar sudah barang tentu membuktikan kebenaran sejumlah ayat dalam Al Qur'an dan juga Hadist yang membicarakan Ka'bah dan kota Mekah. Berbagai hasil penelitian ilmiah itu juga tentu makin menguatkan keyakinan kita pada kebesaran Allah SWT, juga pada kebenaran Islam yang diajarkan lewat Nabi Besar Muhammad SAW. (Tim Turos Pustaka)

2 lembar halaman yang saya salin dari buku yang luar biasa. Semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar: